Kekasih Idaman Adalah ...

            Kekasih idaman? Dua kata itu seakan memiliki aura howohowoh tersendiri, khususnya bagi anak muda seperti saya yang mungkin sudah bisa dikatakan tidak muda lagi. Waktu berjalan. Dunia berputar. Dahulu, saya mendambakan memiliki kekasih yang cantik, tinggi, solehah, baik hatinya, suka menabung, tidak tatoan apalagi pakai narkoba. Ya klasik lah, cari yang sesempurna mungkin. Sekali lagi, waktu berjalan dan dunia berputar. Hingga suatu ketika peristiwa itu terjadi. Saat sedang melamun di tengah suara hening malam, saya ingat ketika saya sangat ingin membeli sebuah handphone. Dengan semangat tinggi, saya mencari handphone yang harganya sesuai dengan budget saya dan memiliki spesifikasi yang setinggi-tingginya.
            Lalu, apa yang terjadi? Otak saya menjadi hangat karena akan memproses sesuatu yang cukup berat. Jika saya mencari kekasih dengan kriteria saya sebelumnya, berarti saya gak beda dong dengan mencari handphone. Sama-sama mencari spesifikasi setinggi-tingginya. Padahal, wanita kan bukan handphone. Kalau sering bermain handphone sih iya. Telinga saya mulai keluar asap dikarenakan kinerja otak yang mulai berat.
            Kalau saya sudah mendapat kekasih seperti itu, lalu apa yang membuat saya senang darinya? Em... Kebanggaan mungkin, seperti jika memiliki handphone yang mewah. Tetapi, apakah saya akan bahagia dalam hidup hanya dengan modal kebanggaan? Itu yang membuat saya harus menelpon pemadam kebakaran karena percikan api sudah mulai muncul dalam kepala saya.
            Oke, saya punya kekasih seperti itu. Lalu apakah dia bahagia? Apakah saya bahagia? Padahal hidup itu panjang, berliku-liku, dan penuh rintangan. Apakah kebanggan cukup untuk menjalani itu? Bisa saja dia itu ada itik dimakan buaya, cantik-cantik tapi tidak setia. Bisa saja dia tidak mendukung apa yang saya jalani dan terus menuntut agar diperhatikan terus. Bisa saja kami nanti akan bertikai gara-gara kami tidak bisa menerima satu sama lain.
            Tetangga saya sudah berteriak histeris karena rumah saya sudah terbakar. Lalu saya merebahkan diri, memejamkan mata, mengheningkan cipta, dan tersenyum menawan. Setelah proses pemikiran yang tidak penting tetapi harus dipikirkan itu, saya mulai melepaskan apa keinginan saya. Ada orang bijak berkata bahwa semakin kau berusaha mendapatkan yang kamu inginkan, kamu akan luput dari yang kamu butuhkan. Ya sudah, saya mundur, siapa tahu seiring berjalan waktu, saya mendapat hal-hal yang lebih saya butuhkan, salah satunya kekasih. Saya fokus untuk meningkatkan kualitas saya saja.
            Untuk mendinginkan otak yang saya bangga sudah bekerja keras, saya mendengarkan radio lewat handphone. Eh kok pas ada lagu yang liriknya mantap.

Aku mau mendampingi dirimu
Aku mau cintai kekuranganmu
Selalu bersedia bahagiakanmu
Apapun terjadi
Kujanjikan aku ada

             Lalu, seperti apa tipe kekasih yang saya dambakan? Lirik lagu di atas sudah menggambarkan segalanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Histeris Menguras Hati

Optimis vs Pesimis

(BAHASASTRA) Gue? Aku? Saya?