Histeris Menguras Hati

            Seorang gadis remaja berteriak histeris ketika mengetahui pacarnya adalah kakeknya sendiri.
            Pernah histeris? Apa itu histeris? Menurut seorang motivator dunia, jangan suka menurut. Pasti tahu kan ya apa itu histeris. Kembali ke pertanyaan awal, pernah histeris? Kalau pernah, kenapa teman-teman histeris? Jujur saja, sebenarnya itulah yang harus saya jawab. Saya hanya basa-basi bertanya agar tulisan ini agak panjang sedikit. Hehe.
            Kalau boleh jujur, saya belum pernah histeris, entah karena sesuatu yang membuat saya histeris belum menunjukkan kehadirannya atau memang saya yang terlalu datar. Tapi saya mencoba berpikir, kira-kira hal apa yang akan membuat saya histeris?
            Pertama, mungkin saya akan menjadi histeris ketika sedang berakting histeris. Kebetulan saya secara terpaksa keseret ke dunia teater meski masih dalam lingkup kampus, lebih tepatnya ruang lingkup jurusan. Jika saja saya kebagian jatah menjadi aktor dan harus berakting histeris, ya saat itulah saya akan histeris. Sesederhana itu.
            Kedua, saya bisa saja akan menjadi histeris apabila sedang kesurupan. Saya belum pernah kesurupan dan tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya kesurupan. Akan tetapi, di acara-acara yang menunjukkan adegan kesurupan sepertinya kemungkinan besar orang kesurupan akan berteriak histeris. Jadi, bukan tidak mungkin saya akan histeris ketika kesurupan, atau malah yang merasuki saya yang histeris karena merasuki saya tidak ada faedahnya.
            Ketiga, tidur. Saya pernah mempergoki seseorang yang tidak akan saya sebutkan namanya berteriak histeris dan kemudian terbangun dari tidurnya. Saat saya menanyakan apa yang dia mimpikan, dia diam dan terengah-engah. Saya mengambil air putih dan saya minum sendiri karena saya haus. Setelah dia tenang saya kembali bertanya. Dia menunduk. Suaranya rendah dan berat. Dia menjawab...tidak tahu. Spontan dalam keadaan sedikit marah saya mengambil gagang sapu dan langsung memukulkannya ke... tikus di bawah tempat tidur. Hahaha.
            Sebenarnya masih ada yang nomor empat dan lima. Namun, seperti pepatah, empat sehat lima sempurna. Sehat hanya diperoleh dengan pola hidup sehat, sedangkan kesempurnaan hanya milik Tuhan. Jadi, saya cukupkan saja pada nomor tiga. Nomor tiga. Nomor tiga. Ada warga Jakarta?

Komentar

  1. Bagus nih tulisannya mas 😆 ceritanya sederhana tapi ngga bikin bosen, pas bagian paling terakhir humornya lumayan dapet 😂
    Visit blog saya juga ya 👉http://kairistory96.blogspot.co.id/2017/01/the-three-sacred-treasure-kampusfiksi.html

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Optimis vs Pesimis

(BAHASASTRA) Gue? Aku? Saya?