Bersatulah Para Jomblo

Yang di sini masih jomblo angkat tangan... eits tapi mblo, eh, ngle maksudnya. Single. Jangan mudah angkat tangan. Sebagai seorang single seperti saya ini, kita harus berbangga hati. Tidak selamanya single itu sendiri lho. Meski single artinya satu, tapi ada banyak kelebihan menjadi seorang jomblo, eh single. Apa saja?

1. Lebih mengenal diri sendiri
            Pacaran terkadang hanya akan membohongi diri sendiri. Seseorang harus menjadi orang lain yang disukai si pacar. Kalau tidak, lo gue end. Bahkan, bisa saja orang yang pacaran akan meninggalkan hal yang sebenarnya dia sukai, seperti hobi memancing, koleksi benda-benda keramat, atau membajak twitter orang. Hal itu dikarenakan hobi tersebut tidak disukai sang pasangan dan si dia harus rela meninggalkan hobinya yang tanda kutip adalah dirinya. Seorang single bisa memiliki lebih banyak kesempatan dan waktu untuk mengenal diri sendiri.

2. Bebas
            Pernah denger pacar yang posesif? Lagi pergi dikepoin. Jalan sama cewek lain ditanyain siapa dia. Jalan sama cowok ditanyain apa kamu homo. Maju selangkah diancam jangan melangkah ke lain hati. Lagi bernapas diingeting jangan bernapas selain untuk dia. Duhalah, sempit banget ruang geraknya. Orang single beda. Jalan sama cewek oke-oke aja. Jalan sama cowok, no problem. Maju selangkah, langkahnya menuju kesuksesan karir. Lagi bernapas, napasnya mengikat ion-ion kesuksesan dan kebahagiaan hakiki, lalu masuk ke peredaran darah kenikmatan kebebasan. Mantab jiwa.

3. Menguatkan karir
            Menjadi single membuat waktu yang dimiliki lebih banyak daripada orang pacaran yang mengurangi waktu yang dia miliki untuk orang lain. Waktu tersebut bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan diri agar kelak karirnya jos gandos kotos-kotos. Pengen jadi penulis, bisa nulis. Pengen jadi musisi, bisa latihan musik. Pengen jadi artis, bisa buat sensasi. Pengen kaya walaupun kerjaannya tidur, bisa jadi tikus. Masih banyak hal yang bisa dilakukan dengan waktu tersebut. So, manfaatkan selagi punya.

4. Tampil percaya diri
            Seiring dengan suksesnya pemanfaatan waktu pada kasus di atas, skill seorang yang single akan di atas rata-rata. Kemampuan tersebut membuat dia semakin pede dengan dirinya sendiri sehingga muncullah aura karismatik yang membuat orang lain terkagum-kagum. Lha orang pacaran?

5. Hati-hati memilih pasangan
            Menjadi jomblo, eh single, membuat seseorang berhati-hati dalam memilih pasangan. Jika pacaran kemudian putus, maka bisa dikatakan akurasi pemilihan pasangan bisa tercoreng nilainya. Banyak orang-orang yang memilih pasangan langsung dengan gong melamar si doi. Jadi bisa dikatakan bahwa akurasi orang tersebut memilih pasangan adalah 100 persen. Gila. Tanpa putus tentunya.

6. Hemat
            Jalan-jalan bareng pasangan memang asyik. Makan-makan bareng pasangan memang menyenangkan. Tapi dompet bro, meraung-raung meminta seseorang mengakhiri hidupnya. Okelah kalau sudah punya pekerjaan dan bertanggung jawab. Lah kalau enggak? entar duitnya habis minta duit orang tua, alasannya buat beli buku, kepergok orang tua lagi pacaran terus ngambek. Gak dikasih duit ngancam bunuh diri. Diputusin pacar nangis. Hadeh.

7. Jadi pribadi tangguh
            Bayangkan, setiap orang yang belum memiliki pasangan mendapat serangan ‘dasar jomblo!’, organ tubuhnya memerintahkan setiap sel-sel dalam tubuh untuk bersabar. Jika dalam satu hari dia diserang 10 kali. Maka dalam satu tahun dia bisa mendapat kesabaran 3600 kali. Luar biasa, analisis macam apa tadi itu. Dengan sabarnya seseorang dihina jomblo, ketika punya pasangan dia juga pasti akan kuat dihina oleh para hatersnya, apalagi saat berkarir.


            Meski single memiliki keunggulan di atas, jangan terlalu lama menyandang sebagai single ya. Ada waktunya memang harus memiliki pasangan. Hidup ini berat, sulit kalau dilawan sendiri. Maka dari itu pendamping itu perlu, tapi ada saatnya. Tapi Tuhan, KAPAN SAATNYA SAYA PUNYA JODOH???

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Histeris Menguras Hati

Optimis vs Pesimis

(BAHASASTRA) Gue? Aku? Saya?