Sahabat Sejati

Diceritakan ada sepasang sahabat, tukang tahu dan tukang roti. Tukang tahu suka membuat tahu, tukang roti suka membuat roti, tukang masalah suka membuat masalah, pegadaian mengatasi masalah tanpa masalah. Sudah sejak lama mereka berkawan. Sayang, opo kowe krungu jerite atiku. Eh, sayang, mereka memiliki bentuk tubuh bagai bumi dan langit. Tukang tahu memiliki badan yang gemuk seperti gajah bengkak dan tukang roti memiliki badan yang kurus seperti belalang yang badannya kurus seperti belalang. Nah lo.

Suatu hari tukang roti dikeroyok warga karena diduga menjual roti yang basi. Syukurlah, ketua RT segera datang dan menengahinya. Setelah diusut, ternyata rotinya bukan roti basi, hanya saja ada orang iseng yang memberi racun di rotinya agar dagangannya tidak laku.

Penjual roti dirawat di rumah sakit karena mengalami luka yang cukup serius. Kepalanya memar, tangan kanannya terkena sayatan pecahan kaca, organ dalamnya mengalami pendarahan cukup parah, dan di punggungnya masih terlihat bekas kerokan.

Mendengar kabar sahabatnya masuk rumah sakit, tukang tahu tak tinggal diam. Dia segera mendatangi kawannya itu. Api bergejolak di dalam tubuhnya. Mengingat tukang roti sudah tidak punya siapapun lagi, dia akan berusaha membayar biaya perawatannya. Dia berjanji kepada tukang roti akan berusaha mencari dana demi kesembuhannya. Di sisi lain, tukang roti masih belum sadarkan diri.

Sampai di rumah, tukang tahu berpikir keras bagaimana dia bisa mendapatkan uang yang lebih besar dalam jangka waktu sesingkat-singkatnya. Setelah beberapa saat berkontemplasi dengan mendengarkan musik relaksasi berupa suara deburan ombak, cicitan burung, desisan angin, dan kokok ayam jago, dia teringat akan wasiat kakeknya dulu.

Tukang tahu itu bukan sembarang tukang tahu. Ada bakat membuat tahu yang mengalir pada darahnya. Kakeknya adalah penemu tahu bakso. Kala itu dia menjual tahu biasa dan menikahi wanita tukang bakso. Ketika keduanya bersatu dalam ikatan pernikahan, tahu dan bakso yang dia jual juga bersatu dalam suatu ikatan. Jadilah dia tahu bakso. Setelah pernikahannya, sang kakek setiap malam berpikir keras menemukan inovasi baru hingga dia menghembuskan napas terakhir. Dia sudah berhasil membuat sebuah resep rahasia.

Tahu Piramida, The Legendary Tofu. Tukang tahu akan belajar membuat tahu warisan kakeknya itu. Masalahnya bahan utama untuk membuat tahu itu sangat terbatas. Mungkin dengan bahan itu tukang tahu hanya bisa membuat 10 tahu piramida. Itu pun kalau berhasil, mengingat dia belum pernah memuat tahu itu sebelumnya.

Masa bodoh, dia tetap berusaha membuat tahu itu. Semalaman dia mempelajari resepnya, menghitung berapa persen kemungkinan keberhasilannya, seberapa besar suhu api yang digunakan, dan mencari cara bagaimana agar emosinya tetap stabil dalam pembuatannya. Paginya, dia langsung berlatih membuat tahu legendaris itu. Sudah lima kali dia mencobanya, tetapi semuanya gagal. Berarti tinggal lima kesempatan lagi.

Dia menghela napas panjang yang panjangnya melebihi penggaris 30 cm (tidak usah dibayangkan). Tangannya dia lemaskan, lalu berdoa sembari membayangkan sahabatnya yang sedang terbaring di rumah sakit. Seperti kerasukan hantu yang belum pernah merasuki tubuh manusia sebelumnya, dia menjadi sangat semangat. Dia mencoba lagi membuatnya dengan konsentrasi tinggi. Alhasil, jadilah Tahu Piramida, The Legendary Tofu. Tak disangka dia bisa membuat tahu itu hanya dalam percobaan keenam. Memang benar, bakat membuat tahu mengalir dalam darahnya.

Untuk percobaan, dia menawarkan tahu itu di antara dagangan tahu lainnya. Tak disangka, banyak sekali yang ingin membeli dengan harga lima puluh kali dari harga tahu biasa. Dia sangat kaget. Kagetnya bertambah ketika ada seseroang yang hendak membeli resep itu seharga *** (Saking tingginya nilainya, angkanya harus disensor). Yang jelas, itu lebih dari cukup untuk membayar biaya perawatan temannya mengingat perawatan temannya tidak bisa maksimal sebelum ada biaya.

Tukang tahu bimbang, jika dia memilih menjual resep itu dia bisa membiayai temannya yang sedang dirawat. Namun dia menghianati warisan kakeknya. Jika dia menolak tawaran itu, dia harus bekerja lebih lama dan penjalanan perawatan untuk temannya bisa tertunda. Apalagi mencari bahan utama tahu piramid sangat sulit, harus pergi ke gunung Lalalayeyeye. Menjual lima tahu piramida mungkin tidaklah cukup. Kebimbangan ini ia sampaikan kepada si penawar yang ternyata adalah seorang dari pihak kerajaan. Dia memberi penawaran dengan tetap membayar resepnya, namun dengan syarat dia harus mau menjadi juru masak kerajaan. Dengan begitu, dia tetap bisa membiayai perawatan sahabatnya dengan masih memegang hak milik resep itu. Tukang tahu pun sepakat.

Janji adalah janji. Biaya perawatan tukang roti ditanggung semuanya oleh pihak kerajaan itu. Namun, tukang tahu tidak diperbolehkan untuk bertemu dengan tukang roti lagi. Tukang tahu menolak keras dan hendak memukul raja karena itu tidak ada dalam perjanjian, namun pengawal raja berhasil melumpuhkan tukang tahu. Mengetahui akan sangat mengganggu apabila tukang tahu dibiarkan seperti itu, dia pun diisolasi dalam ruang kecil dan dicuci otaknya. Dia dihipnotis agar mau menurut dengan sang raja. Apa maksud sang raja itu? Entahlah. Dia hanya tidak ingin rencananya diganggu.

Tukang roti kini sudah sembuh. Ia kaget ketika biaya perawatannya sudah lunas, hanya saja ia tidak tahu siapa orangnya. Kebahagiaan ini ingin dia bagi dengan sahabatnya, tukang tahu. Setelah sampai rumah tukang tahu, ternyata dia tidak di rumah. Keluarganya juga cemas karena tukang tahu sudah lama tidak pulang. Seseorang memberi kabar bahwa tukang tahu sudah direkrut menjadi juru masak kerajaan. Mendengar itu dia langsung bergegas ke istana.

Ia mendatangi istana dan menemui penjaganya dan meminta izin untuk menemui sang raja. Namun, permintaannya ditolak hingga ramailah suasana. Mendengar kegaduhan itu, sang raja keluar dan mempersilakan tukang roti masuk. Tukang roti menanyakan tentang tukang tahu dan raja pun menceritakan dengan gamblang apa yang dilakukannya kepada tukang tahu. Sontak tukang roti pun marah besar. Akan tetapi, dia berusaha meredam kemarahannya karena melihat banyak pengawal memegang senjata.

“Aku akan mengembalikan dia jika kamu bisa mengalahkannya dalam duel memasak tahu, 5 tahun lagi.”

Tukang roti bingung, bagaimana bisa tukang roti membuat tahu. Tapi demi sahabatnya, ia pun memutuskan banting setir ke dunia tahu dan mulai mencari referensi tentang tahu dan pengetahuan. Setelah cukup membaca referensi, dia terpikirkan sebuah olahan tahu yang mungkin saja belum ada. Dia akan membuat olahan tahu berbentuk bulat sempurna. Selama ini belum ada tahu yang berbentuk bulat sempurna. Ia menggabungkannya dengan teknik membuat objek bulat sempurna dalam pembuatan roti.

Setelah sekian banyak percobaan, akhirnya jadilah tahu dengan bentuk bulat sempurna dengan isian daging ayam. Namun, setelah ia meminta pendapat dari orang-orang, semua mengatakan tahu itu tidak enak. Banyak yang menyarankan berbagai macam isiannya mulai dari sayuran, nasi, sambal, mainan anak-anak, kartu internet, dan lain-lain. Tak terlalu memperhitungkan, dia mendengarkan saran semua orang dan mencobanya satu-satu, namun hasilnya sama. Tidak enak. Karena frustrasi, dia memutuskan untuk tidak memberi isian pada tahunya. Karena tidak ada isinya, tahu itu harus dimakan dadakan setelah digoreng. Anehnya, orang-orang menyukainya dan jadilah Tahu Bulat, The Perfect Tofu. Dia pun sudah siap menghadapi duel dengan sahabatnya sendiri (cie sendiri).

Waktu telah tiba. Keduanya saling memandang. Setelah sekian lama, akhirnya bisa melihat tukang tahu. Tetapi ada yang berebeda. Senyum yang selalu ada di wajah tukang tahu kini tidak ada lagi. Wajahnya sangat datar. Hal itu membuat dia lebih termotivasi lagi untuk memenangkan duel. Pertandingan ini menghadirkan juri dari jauh, seorang professor tahu yang tahu segalanya tentang tahu.

Kedua peserta mulai memasak tahu andalan mereka. Tukang roti terlihat sangat serius hingga keringat mengucur dari tubuh atlet sepak bola yang sedang berlaga. Raja dan petinggi istana memperhatikan dengan serius walau sesekali terlihat awan di langit. Apa sih. Tukang tahu menyelesaikan tahu piramidanya terlebih dahulu, disusul tahu bulat beberapa detik setelahnya. Duel itu sangat berkelas, hingga kedua tangan kedua peserta terlihat mengeluarkan asap setelah memasak tahu andalan mereka. Penjurian pun dimulai. Juri menilai tahu bulat terlebih dahulu. Dia mengagumi kesempurnaan bentuk bulat dari tahu itu. Dari barisan petinggi kerajaan, ada yang berbisik kepada raja. Ternyata dia adalah mata-mata dan memberitahukan kelemahan tahu bulat, yaitu bulat sempurnanya tidak bisa bertahan lama.

Setelah manggut-manggut, raja memanggil juri untuk mencicipi tahu piramida terlebih dahulu karena memang terlebih dahulu jadi. Dengan begitu, saat juri hendak mencicipi tahu bulat, tahu itu akan kempis dan tidak akan menang. Tukang roti kaget mendengarnya. Hatinya menjadi dag dig dug der. Juri pun setuju dan memutuskan mencoba tahu piramida terlebih dahulu. Bentuk, tekstur, platting, dan rasanya hampir sempurna. Benar saja, saat dia mendatangi tahu bulat, bentuk tahunya sudah tidak bulat sempurna lagi dan menyebabkan tukang roti kalah.

“Dan pemenangnya adalah Tahu Piramida. Maaf tukang roti, sepertinya ini terakhir kalinya kamu bertemu dengan sahabatmu. Selamat mencari sahabat baru. Hahaha.” Raja masuk sambil tertawa.

“Tunggu dulu, raja bodoh!” Tukang roti kaget sendiri mendengar ucapannya.

“Apa kau bilang? Kau bilang aku bodoh? Lancang sekali kau.”

“Adakan duel lagi. Kali ini aku akan menang dan kembalikan sahabatku.”

“Hahaha.” Raja tertawa. Burung terbang. Ikan berenang. “Kamu tidak bakal bisa mengalahkan tahu piramida yang legendaris itu. Bahkan meski kamu membuat sepuluh miliar tahu bulatmu itu.”

“Setidaknya tahu bulatku disenangi oleh masyarakat.”

“Hah? Disenangi masyarakat katamu? Oke, begini saja. Aku beri kau tantangan. Jika berhasil aku akan melepaskan sahabatmu. Tapi aku yakin kau tidak akan bisa.”

“Katakan apa itu!”

“Aku tantang kau mengedarkan tahu bulatmu itu ke seluruh dunia. Semua orang di dunia ini harus memakan tahu bulat milikmu. Santai, pihak kerajaan aku wajibkan memakannya. Jadi, kau tak usah repot-repot menginjakkan kakimu ke istana ini lagi. Kalau kau berhasil, temanmu bebas.”

“Dasar licik, bagaimana mungkin aku bisa membuat orang seluruh dunia menikmatinya?”

“Sudah kubilang kau tidak akan bisa. Baiklah, aku ringankan tantangannya. Buatlah tiga puluh juta orang memakan tahu bulatmu. Jika kau berhasil, temanmu bebas.”

“Oke. Aku terima tantanganmu.”

Semenjak itu tukang roti berusaha membuat tahu bulat sebanyak mungkin dan menyebarkannya ke seluruh dunia. Harga yang sebelumnya jika dirupiahkan senilai Rp100.000,00 ia turunkan menjadi Rp500,00. Metode penjualannya pun ia ubah menjadi dengan kendaraan roda empat untuk memudahkan mobilitasnya. Dia juga sudah meminta bantuan beberapa armada untuk menyebarluaskan tahu bulat.


Itulah kenapa saat ini menyebarlah tahu bulat dengan pemasaran yang baik. Setiap tahu bulat yang dimakan akan semakin mendekatkan tukang roti menuju kemenangan dan kebebasan sahabatnya. Menjadi pahlawan keadilan dimulai dari makan tahu bulat. Sudah makan tahu bulat hari ini?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Histeris Menguras Hati

Optimis vs Pesimis

(BAHASASTRA) Gue? Aku? Saya?