Kisah Klasik Kancil dan Kura-Kura
Di bawah pohon beringin, disaksikan oleh rumput-rumput kecil, kancil terlibat adu mulut dengan kura-kura. Mereka berdebat tentang siapa yang paling cepat di antara keduanya.
“Aku bisa mengelilingi hutan ini hanya dalam waktu 5 menit.” Kancil memulai
“Aku bisa sampai ke rumahku dalam hitungan detik.” Kura-kura tak mau mengalah.
“Aku bisa move on dari mantanku dalam waktu satu hari.”
“Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta.”
Kura-kura dan kancil terdiam. Ternyata di tempat itu ada dua lelaki yang juga sedang adu mulut. Kancil dan kura-kura melanjutkan urusannya.
“Oke kalau begitu, besok di tempat ini kita akan mengadakan lomba lari mengelilingi hutan ini. Siapa yang menang, dia yang tercepat.” Kancil menantang kura-kura dengan penuh percaya diri.
“Baik. Siapa takut?”
Esok harinya mereka berdua sudah ada di tempat yang sama. Kali ini tidak hanya rumput-rumput kecil yang menyaksikan, namun seluruh isi hutan, termasuk tarzan. Mereka bersiap di garis start. Dan DUARR!!! Panitia penyelenggara menembakkan pistol sebagai tanda mulainya pertandingan. Kancil melesat dengan cepat. Kura-kura pun melesat dengan cepat. Tapi seperti kita ketahui, cepatnya kancil dengan cepatnya kura-kura itu berbeda.
Sudah dua pertiga perjalanan, kancil menengok ke belakang. Tak nampak si kura-kura. Ia pun memutuskan untuk tidur sejenak di bawah pohon. Namun ia kebablasan. Akhirnya kura-kura sudah sampai di tempat kancil tidur.
“Sial. Sini capek-capek lari, eh dia malah tidur.” Keluh kura-kura.
“Ini gak adil.” Dia kemudian mendekati kancil, diam sejenak di depannya, lalu ikut tidur.
“Ah enak juga tidur di sini.”
Hari sudah malam. Keduanya masih tertidur. Penghuni hutan yang menanti di garis finish sudah lelah menunggu. Mereka sudah kehilangan kesabaran. Sambil membawa obor, tombak, garpu rumput, dan senjata tajam lainnya, mereka berbondong-bondong mau protes kepada kancil dan kura-kura karena terlalu lama. Di tengah jalan mereka bertemu dengan seorang ustadz. Dengan senyumnya yang indah, ia berkata “Allah bersama orang-orang yang sabar.”
Penghuni hutan langsung menjatuhkan senjatanya. Lalu buka lapak. Wqwq. Enggak. Mereka lalu menarik napas dan mencoba mengendalikan amarahnya. Setelah tenang, mereka beristirahat di bawah sebuah pohon. Ternyata di sana ada kancil dan kura-kura yang masih tertidur. Akhirnya mereka pun tidur bersama.
Matahari bersinar cerah. Seluruh penghuni hutan terbangun. Kancil terperanjat. “Lhoh! Siapa yang menang? Siapa yang tercepat? Aku kan yang menang? Aku kan yang tercepat?” Tarzan selaku perwakilan penghuni hutan berkata, “Sebenarnya kami yang paling cepat. Kami cepat terbawa emosi. Kami cepat marah. Terima kasih kancil, terima kasih kura-kura. Kalian mengajarkan kami untuk lebih bersabar.” Mereka tersenyum bahagia.
Binatang aja bisa bersabar, bagaimana dengan kita? Sudahkah kita bersabar? Masa' kalah sama binatang. Ingat lho, Allah bersama orang-orang yang sabar.
Eh itu kelinci ya. Hehe. Maafkeun. |
Komentar
Posting Komentar