Kupas (Tidak) Tuntas Cuci Piring, Nomor 5 Bikin Kaget

Sumber: https://akuinginhijau.files.wordpress.com/2010/03/washingdishes-s.jpg
Masak...masak sendiri...
Makan...makan sendiri...
Cuci baju sendiri...
Tidur pun sendiri...
(Gak ada cuci piring ya? hehe...)
Cuci piring. Banyak orang memandang sebelah mata tentang kegiatan kebersihan yang satu ini. Padahal, dilihat dengan sepenuh mata pun pekerjaan ini tetap saja, piringnya tidak jadi piring terbang atau airnya menjadi air sirup. Ada pepatah mengatakan “tak kenal maka tak sayang”. Apa hubungannya? Tidak ada. Intinya, tidak semua hal harus berhubungan, termasuk dua insan yang saling mencinta. Apasih.
Jika beberapa waktu lalu ada tulisan tentang Burjo yang terinspirasi tulisan tentang burjo yang dimuat di sebuah media online, maka saat ini saya menulis berdasarkan tulisan yang terinspirasi tersebut. Ya mencuci piring. Awalnya saya juga memandang rendah pekerjaan ini. Namun KKN saya ternyata benar-benar menghasilkan hasil, ya iyalah. Setelah hampir dua bulan saya mencuci piring di saat KKN, saya mulai merenungi apa yang ada di dalam pekerjaan ini.
Setelah beberapa hari merenung di kolam renung, saya mendapatkan wahyu. Saya menyadari ternyata banyak hal tak terlihat di balik kegiatan yang terlihat (rendah) ini.
1. Piring itu seperti tubuh kita
            Piring itu seperti tubuh kita. Sejak kita lahir, kita seperti piring yang diproduksi oleh pabrik. Awalnya terlihat suci. Namun lama kelamaan kita akan digunakan, dan lama kelamaan lagi kita akan terisi entah itu makanan atau apapun dan akhirnya kita akan menjadi kotor. Maka dari itu kita perlu melakukan pembersihan. Seperti kegiatan cuci piring ini. Setelah saya memahami falsafah ini, setiap mencuci piring saya selalu berpikir apakah saya sudah membersihkan diri saya seperti piring ini. Jadi jangan tanya kalau kadang saat membilas piring terdapat campuran antara sabun, air kran, dan air mata.
2. Jangan berharap kesempurnaan jika tidak ingin kecewa
Atau lebih tepatnya jangan terlalu mengejar kesempurnaan. Saya pernah mengalaminya. Saat mencuci piring semaksimal mungkin bahkan dua kali gosok pakai sabun dan bilas, mengelapnya dengan kain kualitas tinggi hingga piring benar-benar bersih, paginya apa yang terjadi? Piring itu terkena debu dan kotor lagi. Waktu itu saya terlalu berusaha membuat piring bersih sesempurna mungkin. Memang di dalam hidup ini tidak baik terlalu berambisi mencari kesempurnaan. Yang perlu dilakukan adalah menerima ketidaksempurnaan. Wesyeh, sok bijak.
3. Kendalikan nafsumu jika tak ingin kecelakaan terjadi
Ada istilah musuh sejatimu adalah nafsumu. Hal ini benar terjadi dalam kegiatan cuci piring. Saya pernah beberapa kali terlena oleh nafsu duniawi saya. Pernah ketika saya mengejar waktu mencuci puluhan piring dalam waktu yang sesingkat-singkatnya untuk memecahkan rekor mencuci piring tercepat. Alhasil bukan rekor yang pecah, tapi malah piring. Ada pula saat saya membersihkan noda membandel, saya menggosoknya dengan penuh nafsu sampai piringnya mengeluarkan asap dan terbakar. Api pun merambat ke kompor dan meledak, menghancurkan rumah dan seisinya. Oke kali ini bercanda.
4. Geraka mencuci.
Terdapat berbagai macam gerakan dalam mencuci piring. Pertama adalah gerak memutar. Kedua adalah bolak balik, baik vertikal maupun horisontal. Gerak memutar lebih mengutamakan aliran gerakan sehingga gerakan tangan kita akan bergerak dengan ketakterhinggaan. Hal ini memiliki efek positif yaitu dapat menghemat tenaga karena sifatnya yang mengalir. Namun, jika anda memutuskan mencuci dengan gerakan ini, anda harus berhati-hati karena gerakan ini harus dilakukan dengan tingkat kesadaran tinggi. Jika sampai terlena dengan gerakan memutar, pikiran-pikiran lain akan mengganggu seperti “dunia pasti berputar, tapi kok nasibku gini-gini terus yak?”, “uang itu selalu berputar dan beredar, kapan ya sampai sini?”, atau lebih parah karena keasyikan, tangan anda akan tetap bergerak memutar meskipun kegiatan cuci piring telah selesai dan anda sudah berbaring di tempat tidur bersiap memejamkan mata untuk esok hari.
Gerakan selanjutnya adalah bolak-balik. Ada dua jenis gerakan bolak-balik, yakni bolak-balik vertikal dan bolak-balik horizontal. Orang yang berpengalaman akan dapat menggunakan bolak-balik diagonal, sentrifugal, geometrikal, aerodinamikal, dan komunitas anti-begal. Apasih. Kebalikan dari gerakan memutar, gerakan bolak-balik lebih menguras tenaga. Namun, gerakan ini cocok untuk menghadapi situasi noda yang membandel dan perlu digosok berulang kali, berulang kali, dan berulang kali. Noda yang membandel tidak bisa dilawan dengan gerakan memutar karena gerak memutar hanya cocok untuk noda ringan. Untuk melakukan gerakan bolak-balik, anda harus menyiapkan stamina yang cukup. Jangan sampai karena memaksakan menggunakan gerakan ini, anda sampai jatuh pingsan karena kehabisan tenaga. Saya sarankan, siapkan segelas air putih dan sepiring nasi di samping tempat mencuci piring jika hendak menggunakan gerakan ini dalam jangka waktu yang lama. Tapi jangan lupa, setelah nasinya habis, piringnya dicuci.
Sebenarnya masih banyak gerakan mencuci piring yang ada. Namun, gerakan itu masih dikatakan agak beresiko. Beberapa gerakan itu adalah, gerak pukul (menghilangkan noda dengan cara memukulnya), gerak tangkis (mencuci piring sambil menangkis pukulan lawan), gerak lempar semprot tangkap (melemparkan piring 10 meter di atas permukaan wastafel, menyemprotnya dengan selang bertekanan sedang, dan menangkap dengan wajah sok keren), gerak libat bebas cakap (melibatkan bakat seperti pen spinning, yo-yo, parkour, atau sejenisnya secara bebas, namun membutuhkan kecakapan), dan gerakan lainnya.
5. Ciluk....Ba!!
6. Banyak manfaatnya
        Jika anda pikir kelima poin di atas adalah suatu candaan, poin ini akan membuktikan bahwa saya 100% tidak bercanda akan kegiatan cuci piring ini. Mencuci piring memiliki ribuan manfaat meskipun saya tidak sanggup menyebutkan hingga ribuan. Pertama, uji mental. Bagaimana perasaan anda jika disuruh mencuci piring di dapur, lalu ketika sudah sampai di tempat mencuci piring, anda melihat gunungan piring kotor dengan noda yang hampir menutupi seluruh permukaan piring? Saya yakin, saat itu anda akan menelan ludah karena hal itu adalah alami. Jika mental anda tidak kuat, anda akan jatuh pingsan di rumah dan bangun sadar di kamar rawat inap. Kedua, melatih koordinasi tubuh. Mencuci piring adalah hal yang tidak sederhana. Dari urutannya mencuci, kita harus meredam piring terlebih dahulu agar noda tidak menjadi kerak, setelah itu menggosoknya dengan sabun, lalu membilas, dan mengetes kekesatan piring dengan menempelkan ujung jari (tangan tentunya) dan melakukan geseran membentuk huruf V dan harus mengeluarkan suara decitan untuk meyakinkan tidak ada minyak lagi. Kemudian, jangan pikir mencuci piring itu hanya sekedar mencuci piring. Terkadang ada bonus sendok, garpu, spatula, wajan, panci, gelas, saringan, cobek dan benda lain dengan ukuran dan berat yang tidak sama. Agar mencuci menjadi lebih ringan, kita harus mengklasifikasikan benda-benda tersebut dengan rapi agar tidak terlihat acak-acakan. Kita harus menata piring dengan piring, gelas dengan gelas, sendok dengan sendok. Kemampuan koordinasi kita diuji di sini. Apalagi, jika mencuci dalam jumlah yang banyak, akan ada kegiatan yang diulang-ulang terus menerus hingga koordinasi antara otak, mata, dan tangan sangat dibutuhkan. Maka dari itu, tidak perlu heran jika setelah menyelesaikan cuci piring dalam keadaan seperti ini, anda akan merasa cerdas. Manfaat ketiga adalah membantu orang lain. Sumpah untuk ini saya benar-benar serius. Orang lain itu bisa saja ibu, bapak, kakek, nenek, teman, selingkuhan, genda’an, bos, atau orang yang sedang menyuruh kita mencuci piring. Ingat, salah satu prinsip hidup adalah “sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain”. Manfaat selanjutnya adalah coba anda cari di Google, maka anda akan menemukan manfaat yang tidak saya sebutkan di sini.
           
Demikianlah sedikit omongan tentang mencuci piring. Poinnya, mencuci piring bukanlah kegiatan biasa. Jadi, masih malu mencuci piring?

Masih malu mencuci piring?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Histeris Menguras Hati

Optimis vs Pesimis

(BAHASASTRA) Gue? Aku? Saya?